Thursday, September 01, 2005

CINTA ADA BUKTINYA...

Kisah cinta agung, antara Siti Hajar dan Ibrahim sering bermain di fikiran. Cinta antara dua manusia pilihan Allah, yang mengjangkau bumi beribu batu, menelan jutaan rasa pengorbanan, yakni segalanya, harta dan jiwa. Kisah ini bukan kisah dongeng, kayalan atau rekaan yang datang dari minda seorang penerbit filem yang cetek gambaran atau liputan imaginasinya, tetapi ia adalah reality yang termaktub di dalam Kitab yang agung, Al-Quran.

“Iman itu bukanlah angan-angan, dan juga bukanlah perhiasan. Tetapi ianya adalah sesuatu yang menetap di hati dan di benarkan dengan amal” Hadith Riwayat Dailami.

Benarlah bahwa Iman itu akan terbukti dengan penyerahan secara total kepada Allah. Ianya merupakan suatu potensi yang terbit dari fitrah seorang manusia yang benar syahadahnya, dan di terjemahkan dalam kehidupan.

Ibrahim sanggup merentas saujana padang pasir yang jauh beribu batu, atas sahutan terhadap panggilan Allah. Biarpun terpaksa meninggalkan isteri tercinta, biarpun barangkali terdetik di hatinya jika di biarkan mereka berdua nescaya itu perpisahan yang terakhir, namun Ibrahim sedar itulah bukti cintanya kepada Allah. Seruannya Rabnya menggugah hati Ibrahim, menepis segala panggilan duniawi.

Dalam kaitannya sebagai seorang hamba yang tulus cintanya kepada Kholiqnya, ia sudah barang tentu selalu ingat kepada-Nya. Semua daya upayanya adalah dalam rangka untuk mentaati syari'at-Nya. Ia akan mempertaruhkan nyawanya demi mempertahankan cintanya, meskipun harus mengorbankan harta, kedudukan, kekuasaan, perniagaan, anak, istri, dan keluarganya. Bahkan hidupnyapun siap ia korbankan.

Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (Surah At-Taubah 9:24)

Dia tidak akan cinta kepada sesuatu, melainkan hanya sebagai wasilah(sarana) utk mencapai cintanya kepada Allah SWT atau hanya kerana Allah SWT. Dia benci sesuatu yang dibenci Allah SWT. Dia memusuhi musuh musuh Allah SWT dan siap menudukung dienullah.

Rasululullah SAW telah menjelaskan dalam sabdanya: "Tidaklah seorang hamba mendapatkan kemanisan iman kecuali harus terdapat didalam hatinya tiga perkara;- Hendaklah dia mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada yg lain, dan hendaklah ia mencintai seseorang, kecuali hanya kerana Allah SWT, dan hendaklah ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah SWT selamatkan dirinya sebagaiman ia benci utk dilemparkan ke dalam api neraka." (H.R. Bukhori Muslim )

Bukti cinta agung Ibrahim, menunjukkan kepada kita akan ketaatan dan kepatuhan, penyerahan jiwa dan raga, demi yang dicintai. Walaupun terpaksa bergadai nyawa, perasaan, namun semua itu bukanlah penghalang untuk merealisaikan kecintaan antara hamba dan khaliq. Jiwa Ibrahim terpanggil setiap masa untuk memenuhi dan menyatakan hasrat yang dicintainya, merindui untuk bertemu dan bergetar hati terhadap panggilanNya.

Itulah rasa cinta kepada Allah SWT hanya bisa dicapai dgn menjalankan syari'at-Nya secara utuh dan menyeluruh (kaffah), tanpa memilih-milih mengikut kesesuian sendiri. Sebab Islam sememangnya sesuai dengan fitrah manusia.

Cinta yangg murni kepada Allah SWT hanya bisa ditempuh dgn cara ittiba' (mengikuti) Rasulullah SAW dalam segala aspek kehidupan.

Allah SWT telah berfirman: " Katakanlah; jika kalian memang cinta kepada Allah maka ikutilah aku, pastilah Allah cinta kalian dan mengampuni dosa-dosa
kalian dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Ali Imran[3]:31)

Seorang muslim yang cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, harus ta'at dan setia, siap membela Islam (dienullah) dan menegakkan kalimatullah sepanjang hayatnya kerana itulah matlamat hidupnya.

No comments: